Akhirnya Anggit tertarik juga sama dongeng dan cerita… dari dulu saya mencoba menceritakan berbagai dongeng, tapi dia kayak ga minat gitu… ga pernah bisa duduk mendengarkan lebih dari semenit…
… dan baru kemaren hari Sabtu itu saya mencoba untuk bercerita lagi sama dia… Itupun tidak disengaja… cuma karena saya capek habis main, perlu duduk sejenak akhirnya saya ceritain dongeng yang saya pernah baca di suatu majalah… cuma yaaa agak saya modifikasi sedikit
Sedari kemaren hingga hari ini tadi, Anggit minta diceritain dongeng ini berkali-kali… sengaja saya memang memilihkan dongeng fabel untuknya, karena Anggit ini rada takut gitu sama binatang… Jadi harapannya, kalo dia banyak denger dongeng tentang binatang, siapa tau fobianya bisa agak berkurang gitu…
Temen-temen mungkin bisa juga adopsi cerita ini buat didongengin ke anak-anak…
Kisahku si Anak Ayam
Aku adalah seekor anak ayam yang masih kecil. Buluku berwarna kuning dan masih terasa agak lembab karena aku baru saja keluar dari rumah telurku. Kata Ibu, umurku baru sehari. Kalau tidak salah, aku punya saudara sebanyak 5 ekor. Saat ini, kurasakan perutku sakit sekali. Tadi pagi Ibu bilang, kalau perutku terasa sakit, aku harus mengatakannya pada Ibu karena itu tandanya aku sedang …. mmm sedang apa ya? Aku lupa namanya. Aduhh, Ibu mana ya? Perutku tambah sakit saja rasanya.
Sudah kukelilingi tempat ini tetapi Ibu tetap tak kelihatan, apalagi Bapak. Eh, sebentar, itu Ibu bukan? Tetapi… siapa ya itu yang berdiri di depan Ibu? Badannya tinggi sekali dan dia juga tak mempunyai bulu seperti aku. Kurasa dia sedang bercakap-cakap dengan Ibu. Siapa ya dia? Rasanya Ibu belum pernah bercerita tentang makhluk aneh itu padaku. Tapi, kelihatannya ia baik. Buktinya ia mengajak Ibu bermain.
“Ibu…! Ibu…!” kupanggil Ibu.
“Ya, Nak… Sini! Ini ada teman baru yang harus kamu kenal. Ia ini majikan kita, yang memelihara Ibu dari kecil hingga dewasa seperti ini.”
Aku berlari menghampiri Ibu dan saudara-saudaraku ikut berlari mengikutiku.
“Ini Non Anggit, anak-anak. Anaknya baik dan selalu memberi makan Ibu pada jam-jam seperti ini. Ia sangat menyayangi Ibu dan sering mengunjungi Ibu bila ia sudah mandi dan sarapan. Kalian perlu mengenalnya karena sejak saat ini kalian menjadi temannya juga. Setiap pagi Non Anggit dibangunkan oleh suara Bapakmu dan suatu saat nanti salah satu dari kalian akan menggantikan tugas Bapak membangunkan Non Anggit. Mengerti, Anak-anak? Ayo, sekarang kalian berkenalan dengannya!”
Aku sangat senang melihat Non Anggit karena ia kelihatannya baik dan sayang sama binatang. Tangan lembutnya menyentuh bulu-buluku dan ia berteriak kegirangan.
“Mama, si Brintik sudah bertelur dan anaknya banyak, Ma. Mereka lucu-lucu sekali! Boleh Anggit beri mereka makanan, Ma?” tanya Non Anggit.
“Ya, sayang. Makanan si Brintik ada di dalam lemari. Ambil sendiri ya. Jangan terlalu banyak, karena anak-anak Brintik masih kecil sekali. Mereka belum bisa makan banyak.”
Kudengar suara yang lain dari dalam rumah. Sepertinya itu suara orang yang dipanggil Mama sama Non Anggit.
“Ya, Ma,” kata Non Anggit. Lalu dia berlari kencang dan segera kembali dengan makanan kami di dalam tangannya.
“Sini, Brintik, ajak anak-anakmu makan. Kasihan mereka sudah lapar,” kata majikanku itu.
Ahhh ya, itulah kata yang diucapkan Ibu tadi pagi. Itulah yang membuat perutku terasa tak enak. L A P A R. Memang benar aku lapar dan tanpa menunggu, aku pun segera melahap makanan dari Non Anggit. Hmmm… enaknyaaaaa…
Hari ini aku belajar satu kata baru. Lapar. Dan aku tahu, kalau aku lapar, aku perlu makan. Hmmm.. aku bertambah pintar sekarang.
# # #
Sengaja nama tokohnya aku namakan dengan “Anggit” biar dia rada-rada terintimidasi biar ga fobi ama binatang lagi…
Dan… entah udah berapa kali kuceritakan dongeng itu padanya… Kayaknya dia juga udah mulai apal per adegannya π Mungkin dia akan ganti menceritakannya pada temen-temen sekolahnya…
Filed under: Carra's Life, Anggit, Carra's Life, Fiksi
percaya atau nggak, aku suka nulis cerita, tapi pas ngedongengin ke anak, gk bisa lhooo…huaaaa…
nanti gw bacain aja deh ini ceritanya…:)))
wuahahahaha masak sehhhh… pdhal aku pengen minta tolong dibikinin dongeng jehhhh… π
Katanya sih kalau mau membiasakan anak mendengar atau membaca cerita/dongeng, harus pelan-pelan, bertahap, karena anak kan suka angin-anginan π
Ibaratnya, mulut berbusa-busa dulu, anak baru ngeh :))
Anakku juga gitu, lama baru tune in.
hahahaha gitu ya Mbak… hum hum hum… berarti emg ga boleh capek ini yaa…
jadi semangat neh.. makasih kunjungannya Mbak ^^
esumpahhh, kagok masuk blog mbak carra niii…
ntar komen seriusnya ya..keliling dulu :s
lohhh kok kagok kenapa michooooonnn… :-* *tjiyommm*
ruameeee polll blognyaaaa, ajarinnn nambahin ini itu nya mbaaak >.<
nambahin apaaaaann..???
Anggit kayak Nai, awal2nya suka susah duduk manis dengerin dongeng tp lama2 bs kok π
Nai suka dongeng apa Bunda? π
Itulah yg paling kusuka dg dunia anak2. Mereka selalu amaze dg segala sesuatu, biarpun di ulang2. Beda ama yg tuwek2, sukanya nyinyir heheheee….
π haha iya mbak… itulah bedanya, mereka masih polos sih